ABOUT NUR ISMI FADILLAH
Explore My Work
Welcome to my portfolio. Pieces of works from passionate project about content, writing, and journalism. Please contact me to learn more.
I build knowledge management site for Teachers in Indonesia in order to they can use government mobile app, called platform Merdeka Mengajar and Ruang Kolaborasi
[ANTV] TOPIK Budaya: Kain Khas Bali, Ragam Corak dan Kaya Warna
TOPIK ANTV Obsessive Corbuzier Diet
TOPIK ANTV Becak Musik, Sumba Timur
CERITA PEREMPUAN
Menelisik Apa yang Terjadi Pada Pelaku Bullying.
Apakah kamu pernah mengalami masa kecil yang suram karena di-bully?
Jika jawabannya ya, kamu bernasib sama denganku. Oh iya, perkenalkan namaku Fanny. Aku adalah perempuan yang pernah mengalami pedihnya di-bully. Saat itu usiaku sekitar 7-10 tahun. Usia Sekolah Dasar. Aku tidak mengalami bullying di sekolah. Tetapi di lingkungan rumah.
Anak-anak di lingkungan rumahku sering bermain bersama, seperti petak umpet, batu tujuh, galasin, dan lain-lain. Beberapa di antara mereka seusia denganku, beberapa anak lainnya di atasku 2-5 tahun. Orang yang mem-bully-ku ada di antara anak-anak yang usianya di atasku. Dia adalah Sinta, tetanggaku sendiri.
Karena usia Sinta lebih tua di antara teman-teman sepermainanku, dia seperti pemimpin dalam setiap game yang kami mainkan. Entah kenapa, setiap bermain petak umpet dan batu tujuh, aku selalu dibuat sebagai orang yang jaga dan tidak pernah menang. Aku sadar saat itu aku dicurangi. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Waktu kecil aku memang penakut dan hanya ingin bermain dengan mereka.
Di lain waktu aku pernah dimusuhi seluruh teman-temanku padahal aku tidak tau apa kesalahanku. Saat itu aku tidak keluar rumah karena tidak ada yang ingin bermain denganku. Suatu saat Mamaku menyuruhku membeli sesuatu ke warung dekat rumah. Di sana teman-temanku sedang bermain. Ketika aku melewati mereka, semua anak terutama Sinta, berkumpul menyorakiku dan mendorongku sampai aku hampir jatuh. Aku hanya bisa lari secepat kilat ke rumah dan menangis. Hal yang paling membuatku sedih adalah Putri, teman baikku, ada di antara mereka. Akhirnya aku mengetahui bahwa lagi-lagi Sinta-lah penyebabnya. Dia menghasut semua orang agar membenciku. Mungkin Putri takut tidak diajak main atau bahkan ikut dimusuhi jika tidak mengikuti aturan Sinta. Begitu pikirku.
Kebencian Sinta yang tak masuk akal padaku tak hanya sampai di situ. Waktu aku kecil adalah zamannya anak-anak mengoleksi kertas file dengan beragam gambar. Gambar yang populer saat itu adalah Titanic, Winnie the Pooh, Mickey Mouse, Snow White, dan lainnya. Lalu anak-anak akan saling bertukar file apabila mereka menginginkan file yang dimiliki anak lain. Suatu hari Putri berjanji akan ke rumahku untuk bertukar file. Aku menunggu Putri di rumah, tapi dia tidak datang. Esok harinya Putri bercerita bahwa saat menuju ke rumahku dia bertemu Sinta dan Sinta menanyakan apa tujuannya ke rumahku. Putri mengatakan pada Sinta ingin bertukar file denganku. Lalu Sinta berkata bahwa file yang aku miliki adalah file murahan, dan Putri akan rugi jika bertukar file denganku. Kemudian Sinta menyuruh Putri untuk pulang saja. Aku hanya berusaha memahami kondisi Putri. Begitulah Sinta dengan pendapatnya yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin file yang aku miliki adalah file murahan karena saat itu yang aku tahu semua harga file sama, tak ada yang lebih murah atau mahal.
Itulah pengalaman sedihku waktu kecil. Mungkin aku jauh lebih beruntung dari pada korban bully lainnya karena aku tidak dibully di sekolah. Saat di rumah aku bisa menghindari Sinta dan menahan diri untuk tidak bermain ke luar. Apalagi saat aku memasuki kelas 5 dan 6 SD pelajaran sekolah membuatku sibuk sehingga waktu bermain di luar semakin jarang. Aku juga beruntung memiliki keluarga yang sangat menyayangiku. Walaupun aku sakit hati pada Sinta, Papa dan Mamaku tidak mengajarkanku untuk membalasnya. Seiring berjalan waktu, pengalaman di-bully justru membuatku menjadi pribadi yang kuat.
Kini aku sudah menikah dan sedang mengandung seorang bayi. Sambil memegang perutku yang membesar, aku membayangkan masa kanak-kanakku yang cukum suram. Aku tidak ingin anakku nanti menjadi korban ataupun pelaku bullying. Lalu aku flashback dan mengingat Sinta. Apa yang terjadi pada Sinta sehingga dia menjadi anak yang suka membenci?
Kepingan-kepingan memori masa laluku pun muncul kembali. Aku mengingat rumah Sinta persis berada di samping rumah orang tuaku. Seringkali di malam hari aku mendengar Sinta menangis dan berkata "Ampun, ampuun." Isakan tangis Sinta diikuti dengan suara ikat pinggang yang dipecutkan ke tubuhnya. Sinta sering mendapat perlakuan kasar dari ayahnya dan juga kakak laki-lakinya. Sinta mengalami penganiayaan dan kekerasan fisik maupun verbal dari orang-orang yang seharusnya mencintainya.
Mamaku pernah berkata bahwa anak yang dididik dengan kelembutan dan kasih sayang akan menjadi anak yang penyayang. Sebaliknya, anak yang dididik dengan kekerasan akan tumbuh menjadi anak yang penuh dengan kebencian. Rasa sakit hatiku pada Sinta berubah menjadi rasa kasihan. Betapa malangnya nasib Sinta mengalami kekerasan di rumahnya sendiri.
Aku bersumpah akan mendidik anakku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Agar anakku tumbuh menjadi orang yang berhati lembut, baik dan penyayang.
-End-
Berdasarkan kisah nyata dengan nama-nama yang disamarkan.