top of page
Writer's pictureIsmi Fadillah

Pantaskah Rotten Tomatoes Menilai Suicide Squads 26% Saja?? 

Pasca perilisan film Suicide Squad, fans fanatik DC Comics membuat petisi untuk memboikot sebuah situs database film, Rotten Tomatoes. Pasalnya situs tersebut memberi rating amat rendah untuk film yang dibintangi Will Smith dan Margott Robbie tersebut, yaitu hanya sebesar 26% saja. Padahal film yang disutradarai oleh David Ayer tersebut sempat bertengger di box office. Tapi memang sebuah karya film yang laku di pasaran belum menjamin kualitasnya.

Well, sebelum menilai pantas atau tidak Suicide Squad mendapat nilai merah, mari kupas terlebih dahulu berbagai sisi dari film Suicide Squad. Tentunya dari sudut pandang mimin ABF yang awam ini ya hehehe.

Poin pertama yang menjadi perhatian ABF adalah karakter Harley Quinn dan Joker. Nuansa warna yang digunakan untuk menggambarkan karakter Joker dan Harley Quinn terlalu terang sehingga sisi gelap dari seorang penjahat kelas kakap tidak muncul. Padahal yang kita tahu Joker adalah seorang penjahat sadis tak kenal ampun. Kemudian ABF juga bertanya-tanya kenapa Harley Quinn yang rela mati demi Joker bisa pulih dengan cepat saat tahu Joker mati. Apalagi Harley Quinn dikenal sakit jiwa, seharusnya dia bisa melakukan hal yang lebih gila untuk menunjukkan rasa cintanya yang besar terhadap Joker.

Poin kedua adalah spesial efek. Bagian penting dari film ini adalah tokoh yang membuat ulah dari keributan yang terjadi yaitu si penyihir Enchantress. Kostum dan spesial efek untuk Enchantress tidak bisa menunjukkan seorang penyihir yang ingin menguasai dunia. Tidak ada nuansa mistis dan gelap. Ditambah acting super buruk dari seorang supermodel yang alih profesi menjadi aktris, Cara Delevigne serta tarian konyol yang dia lakukan saat menunjukkan kekuatan sihirnya membuat mood ABF turun karena saking nggak nyambung dan konyolnya. ABF malah seperti melihat Cara Delevigne sedang memperagakan kostum Couture di Catwalk.

Spesial efek yang buruk kembali terlihat pada sebuah video yang memperlihatkan El Diablo meluluhlantahkan sebuah kota dengan api. Ekspresi dari para pemain seakan hal yang dilakukan Diablo amat kacau. Film adalah seni audio visual sehingga harusnya penonton wajib diperlihatkan seberapa kuat kekuatan api Diablo senada dengan ekspresi yang dimunculkan para pemain.

Poin ketiga adalah plot cerita. Plot cerita bisa dibilang jantung sebuah film. Namun sayang suicide squad gagal memersembahkan plot cerita yang kuat. Masalah utama yang dibuat tidak kuat sampai harus menurunkan kekuatan sepuluh penjahat kelas kakap yang sudah berhasil dipenjara. Selain itu tiap karakter yang ada tidak digali lebih dalam sehingga selain Deadshot, Joker, dan Harley Quinn, anggota Suicide Squad lainnya hanya terlihat seperti figuran saja.

Tidak adil apabila ABF tidak membahas nilai plus dari film ini. Nilai plus yang muncul dari Suicide Squad adalah tokoh Deadshot yang berwibawa tinggi sehingga membuat penembak jitu tersebut langsung menjadi sosok pemimpin Suicide Squad. Tokoh ini menjadi tonggak dan berhasil menjadi bagian terbaik dari film Suicide Squad karena kemampuan akting Will Smith yang luar biasa. Memang beda ya jika seorang real actor sudah menjelma dalam suatu karakter. Seharusnya jika Cara Delevigne betul-betul ingin menjadi seorang actress bisa belajar dari Will Smith sehingga hasil aktingnya tidak seburuk itu. Tapi tak apalah karena body sexy Cara dan bokong Margot Robbie berhasil menyegarkan mata penonton pria, hihihi.

So, ABF bisa menarik kesimpulan bahwa pantas saja Rotten Tomatoes memberi nilai merah untuk film ini kan?!

0 views0 comments

Comentarii


Post: Blog2_Post
bottom of page