Sobat film sudah pernah nonton film The Vow? Lalu sudah nonton trailer film Cinta Laki-Laki Biasa? Ya, pasti bagi sobat film yang sudah menonton keduanya akan bertanya-tanya seperti ABF apakah film Cinta Laki-Laki atau Biasa atau kita singkat CLB menjiplak The Vow?
Disebutkan bahwa film tersebut berdasarkan karya Asma Nadia. ABF pun kembali bertanya, benarkah seorang penulis sekaliber Asma Nadia melakukan plagiat? Jujur saja ABF memang bukan penikmat novel atau film religi islami Indonesia. Kalau ABF ingin mendalami islam dan mengambil nilai-nilai islam dari suatu karya, ABF memilih membaca buku islami non-fiksi yang contoh-contoh serta akhlak islaminya jelas dan nyata. Tapi itu tidak masalah karena berkaitan dengan selera. Tapi, kebanyakan selera muslim Indonesia menyukai novel fiksi islami yang kemudian diangkat ke layar lebar. Hal tersebut terbukti dari banyaknya karya Asma Nadia yang sangat laris novelnya direbutkan untuk diangkat ke layar lebar. Oleh sebab itu, ABF miris jika penulis yang laris ini benar-benar menyontek?
Sebelum mencari jawaban tersebut, mari kita telusuri mengapa film CLB ABF sebut menjiplak The Vow. Dalam film CLB, tokoh utama adalah Rafli (Deva Mahendra), seorang laki-laki biasa yang menikahi seorang perempuan luar biasa bernama Nania (Velove Vexia). Tidak hanya cantik, Nania berasal dari keluarga yang kelas sosialnya cukup tinggi dibandingkan dengan Rafli yang benar-benar biasa-biasa saja. Kedua orang tua Nania tidak setuju dengan pernikahan tersebut sampai suatu ketika Nania mengalami kecelakaan yang menghilangkan memorinya bersama Rafli. Nania tidak mengenal Rafli padahal mereka sudah memiliki anak dari pernikahan tersebut. Namun Rafli tetap setia merawat Nania dan mencoba mengingatkan Nania kembali dengan memori cinta mereka.
Sementara itu, The Vow adalah film Box Office yang dirilis tahun 2012 di Amerika. Dalam film The Vow, tokoh utama bernama Paige (Rachel Mc Adams) dan Leo (Chaning Tatum). Cerita dimulai dengan adegan kecelakaan mobil yang dikendarai Paige dan Leo. Paige mengalami luka parah di kepala dan mengalami amnesia. Sialnya, memori Paige yang hilang adalah saat-saat dirinya bertemu dengan Leo, hingga jatuh cinta dan menikah. Paige yang kebingungan saat melihat Leo yang selalu mengunjunginnya mengira Leo adalah dokternya. Orang tua Paige yang sedari awal tidak setuju dengan pernikahan mereka mengambil kesempatan ini untuk membawa pulang Paige. Paige bahkan hanya mengingat bahwa ia masih kekasih mantan tunangannya Jeremy. Jeremy adalah orang yang sebelumnya dijodohkan dengan Paige sebelum Paige mengenal Leo. Maklum saja, Paige berasal dari keluarga terpandang yang berbanding terbalik dengan Leo. Namun cinta Leo terhadap Paige tidak pernah berubah. Leo bahkan rela melepas Paige yang sama sekali tidak mengingatnya. Tapi dengan segala perjuangan, Leo terus membuktikan cintanya kepada Paige. Leo memulai kembali bagaimana menarik hati Paige seperti saat-saat mereka mulai jatuh cinta.
Sobat film harus tahu bahwa The Vow tidak mungkin menyontek CLB yang baru akan tayang Desember nanti. Sebab, The Vow diangkat dari kisah nyata pasangan Kim dan Krickitt Carpenter yang mengalami kecelakaan mobil di tahun 1993 setelah dua bulan pernikahan mereka. Krickit yang malang menderita koma selama berminggu-minggu dan didiagnosa hilang ingatan. Setelah Krickit bangun dari komanya, dia tidak mengenal Kim, suaminya, sehingga Kim memulai kembali bagaimana mencuri hati Krickitt seperti awal mereka bertemu. Kisah tersebut pun ditulis ke dalam sebuah buku berjudul The Vow: The Kim and Krickitt Carpenter Story yang dipublikasikan tahun 2000.
Dengan story line yang sama persis, yaitu dua orang yang pernikahannya tidak disetujui, laki-lakinya biasa, perempuannya luar biasa (dari keluarga terhormat), lalu si perempuan kecelakaan dan amnesia. Amnesia yang dialami pun pas saat si perempuan melupakan semua kejadian indah dengan suami yang sangat ia cintai. Lalu sang laki-laki biasa ini dengan cintanya yang murni dan tidak pernah berubah terus memperjuangkan cintanya hingga si perempuan pun jatuh cinta kembali. Sungguh manis bukan? Dan sama persis bukan?
Let’s say, kita mengambil kata yang lebih sopan dari “menjiplak”, yaitu “terinspirasi”. Mudah saja, jika ingin film CLB yang sudah jelas menjiplak The Vow menjadi film nuasa islami, tinggal buat saja si perempuan dikenakan hijab, lalu dialog yang penuh kata-kata islami seperti “taaruf”, “bahagia menerima nafkah suami”, lalu ditambah dengan sapaan khas muslim seperti “Assalamualaikum”, “Insya Allah”, atau “Alhamdulilah”, lalu doa kepada tuhan, dan tentunya adegan solat. Sudah cocoklah kalau film tersebut menjadi film islami “ideal” bagi orang Indonesia.
Baiklah kita kembali membahas ke pertanyaan semula, apakah Asma Nadia melakukan plagiat dalam CLB? ABF menemukan bahwa cerita CLB adalah cerpen yang ditulis Asma Nadia sekitar tahun 2011(mohon dikoreksi jika salah). Cerpen asli CLB karya Asma Nadia cukup berbeda dengan filmnya. Dari Cerpen tersebut, terdapat perbedaan bahwa Nania tidak menderita amnesia. Nania juga sakit bukan karena kecelakaan tetapi karena kesulitan bersalin, saat melahirkan anak ketiga. Pesan yang ingin disampaikan dalam Cerpen tersebut memang mirip dengan cerita CLB versi film dan cerita The Vow, yaitu ketulusan cinta seorang laki-laki biasa kepada seorang perempuan yang secara latar belakang sosial lebih tinggi dari dirinya. Jika CLB versi film mengikuti alur CLB versi Cerpen asli, curang jika ABF sebut menjiplak karena tidak ada adegan amnesia dan kecelakaan mobil. Dalam menyampaikan suatu pesan yang sama, orang boleh saja menyampaikannya dengan cara yang berbeda, sesuai gaya masing-masing, dan hal tersebut bukanlah tindakan plagiat. Tetapi apabila cara yang digunakan sama persis dalam beberapa segi vital, bukankah itu merupakan tindakan menjiplak?!
Berdasarkan artikel online “http://m.bisnis.com/lifestyle/read/20161126/254/606531/film-cinta-laki-laki-biasa-terinspirasi-kisah-nyata” Asma Nadia mengatakan bahwa cerpen CLB yang ia tulis terinspirasi dari kisah nyata yang ia temui di lingkungan sekitarnya. Asma Nadia mengatakan, “Ada laki-laki biasa yang menikah dengan perempuan yang luar biasa. Namun, keadaan berbalik. Terjadi suatu musibah yang menyebabkan sang istri lumpuh. Dan selama 11 tahun itu, sang suami tetap merawat dan membawa istrinya ke mana saja hingga anak-anaknya besar.”
Hal tersebut membuktikan bahwa Asma Nadia menulis cerpen CLB memang berdasarkan buah pikiran orisinilnya melalui inspirasi lingkungan sekitar yang ia temui. Lalu mengapa CLB versi film malah jadi cerita yang menjiplak film barat The Vow?
Masih dikutip dari portal online yang sama, disebutkan bahwa, “Penulis skenario Alim Sudio mengembangkan cerita tersebut sehingga menjadi perjalanan kisah cinta Nania Dinda Wirawan (Velove Vexia) dan Rafli Imani (Deva Mahenra) selama kurun waktu 10 tahun. Penonton akan menyaksikan perbedaan cerita dalam cerpen dengan filmnya.”
Dari situ bisa ABF simpulkan bahwa lagi-lagi oknum film-lah yang memang sudah seringkali terjadi di Indonesia yang melakukan tindak “PLAGIAT”. Lalu mengapa Asma Nadia rela cerita orisinilnya diobrak-abrik? Begini penjelasannya, “Meski berbeda, namun pesan dan semangat yang diusung tetap sama. Sebab, kebutuhan film dan tulisan tetap berbeda. Mana yang terbaik untuk film, mana yang terbaik untuk kebutuhan tulisan.”
ABF sungguh miris dengan pernyataan Asma Nadia. Hal pertama yang ABF pikir adalah, apakah Asma Nadia belum pernah nonton The Vow? Apakah sudah dicek kalau karyanya digubah malah jadi nyontek karya yang lebih dulu sudah tenar? Kok rela karya orisinilnya digubah dengan cara yang buruk demi kepentingan komersil??
ABF yang cuma orang awam penikmat film ini lagi-lagi dibuat kecewa dan sedih dengan apa yang terjadi pada dunia perfilman Indonesia. Bagi ABF film CLB hanya menambah daftar panjang kasus plagiat yang terjadi di dunia perfilman tanah air. Semoga tulisan ini bisa sampai kepada segenap orang yang bertanggung jawab dalam menggarap film “Cinta Laki-Laki Biasa”, seperti rumah produksi Starvision Plus terutama sang penulis skenario.
ABF berharap tidak ada lagi oknum-oknum sineas film Indonesia yang “males mikir”. Orang Indonesia tidak bodoh dalam menilai karya yang “Terinspirasi dari” dan karya “plagiat”. Alangkah jauh lebih bijaksananya apabila sebuah karya yang “terinspirasi dari” dicantumkan karya asli yang menginspirasi tersebut, seperti misalnya dalam keterangan film CLB dicantumkan selain dari cerpen Asma Nadia, film CLB juga mengambil ide dari film The Vow. Tentu saja hal tersebut harus sepengetahuan pihak produksi film The Vow di Amerika sana. Kalau mereka tidak tahu, ya jelas “plagiat” lah namanya.
Tentu saja dari lubuk hati terdalam sang awam yang amat cinta dengan film ini, menulis kritik ini bukan hanya sekedar senang mencari-cari kesalahan. Tetapi tujuan tulisan ini murni karena cinta terhadap film, yang tentunya ingin sekali perfilman Indonesia juga bisa maju dan orisinil. Sebab ABF yakin, Indonesia mampu membuat karya-karya yang baik dan orisinil.
Sekian dari ABF, mohon maaf apabila ada yang tersinggung atau tidak suka dengan tulisan ini. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan kajian dan pelajaran bagi kita semua. ABF sangat menerima diskusi dan pendapat sobat film semua. Tentunya mohon dengan kata-kata yang sopan dan baik, sebab ABF yakin sobat film pembaca ABF adalah orang yang cerdas dan memiliki intelektual yang baik.
Comments